Friday 2 December 2016

MAKAR YANG SESUNGGUHNYA
(tanggapan atas tulisan di"http://seventhnewsservice.blogspot.my/2016/12/ketika-jokowi-men-skak-mat-212.html")

Oleh: Ibnu Soerby

Inilah salah satu contoh makar yang sesungguhnya. Analisa ini lumayan banyak bersebaran baik dari pihak pro dan kontra. Intinya, MEMBENTURKAN. Dari kedua belah pihak tidak sedikit saling menebar berita dan analisa yang tak dapat dibuktikan kebenarannya. Sangat disayangkan sekali!. Bahkan dari kaum akademisi juga tidak sedikit yang "etah" kurang jeli atau tidak sama sekali "mengunyah" berita dan opini sebelum ahirnya ditelan.

Bahkan sampai dikaitkan dg 2019. Menanam benih propaganda mulai saat ini. Membenturkan pihak tertentu dg pemerintah. Ya...sebab mereka tidak ingin diketahui dan disadari oleh seluruh umat, bahwa merekalah musuh sesungguhnya.

Bila ada orang membisikkan pada orang lain bahwa musuhmu si ini dan si itu pada orang yang ingin dipropaganda, Maka musuh mereka yang sebenarnya adalah pembisik itu. Perbuatan seperti ini dulu (kalau tidak salah) waktu zaman Rasulullah disebut dengan "najwa" (bisikan rahasia). Cakupan artinya cukup luas, propaganda termasuk didalamnya (mohon koreksi pakar bahasa Arab yang saya tag di postingan ini). Perbuatan me-"najwa" ini dulu yang saya ketahui cukup membuat keruh keadaan karena sudah mengarah pada pada propaganda. Hingga Rosulullah melarangnya. Contoh me-najwa yang dilarang adalah berbisk berdua diantara orang lain itu dilarang.

إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً, فَلَا يَتَنَاجَى اِثْنَانِ دُونَ اَلْآخَرِ, حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ.

Dengan menggunakan kata dari akar kata yang sama (يَتَنَاجَى) dengan najwa yang dimaksud tadi, Brbisik walaupun yang dibisikkan tidak bersifat provokatif itu dilarang karna dihawatirkan membuat orang lain tersinggung, apalagi memang provokatif.

Propaganda dan provokasi bisa timbul dari siapa saja, dari mainstream manapun, dari pemikiran siapapun, disadari atau tidak, kadang side-effectnya mirip dg propaganda dan provokatif walau niatnya "menurutnya" baik.

Sekali lagi, pihak yang membenturkan pihak lain itulah musuh yang sesungguhnya. 
 Analis seperti ini menurut saya adalah contoh perilaku me-"najwa" yang dilarang. Ia adalah begal cinta antara dua kekasih agar tetap bertikai dan saling memusuhi.